Jalanhijrah.com – Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di muka bumi pasti memiliki tujuan dan kegunaan tersendiri. Allah menciptakan manusia dengan tujuan menyembah Allah, sebagai khalifah, dan menjaga ciptaan Allah.[1] Allah menciptakan tanpa ada yang sia-sia. Sebagai ciptaan Allah, semua makhluk hidup tak terkecuali manusia diharapkan tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta. Ciptaan Allah merupakan buah karya yang sangat detail, mulai dari hal terkecil sampai terbesar, semuanya memiliki tujuan tertentu.
Kehidupan di alam semesta tidak luput dari penciptaan dan pengawasan Allah Swt. Dalam Q.S. Al-Anbiya’ [21]: 30 Allah menjelaskan bahwa dahulu langit dan bumi adalah satu kesatuan, tak terpisahkan. Kemudian Allah memisahkan keduanya dengan udara di tengahnya. Langit terdiri atas tujuh tingkat dan bumi (tanah) juga tujuh lapis. Langit menurunkan air (hujan), sedang bumi menumbuhkan tumbuhan. Oleh karena itu, dengan terciptanya alam semesta, maka dapat dikatakan dimulailah kehidupan di muka bumi ini.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Akhir ayat 30 Q.S. Al-Anbiya’, di katakan bahwa “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”, bahwasannya dengan adanya air bermuncullah kehidupan di alam semesta. Pendek kata, semua ciptaan Allah berasal dari air. Lalu, apakah manusia juga berasal dari air? Jika kita telisik lebih lanjut semua kehidupan bersifat akuatik. Alam semesta membutuhkan air, dan begitu pula sebaliknya. Para peneliti mengatakan bahwa dalam tubuh protoplasma, partikel kecil dasar kehidupan, terdapat 80% air. Protoplasma menjadikan air sebagai sumber kehidupannya. Air sangat bermanfaat bagi alam. Tanpa adanya air, alam tidak akan tumbuh seperti sedemikian rupa.
Buya Hamka dalam tafsirnya[2] menyebutkan bahwa ketika Allah menciptakan penunggu bumi, Dia juga menciptakan langit yang nantinya akan menurunkan hujan, serta bumi yang akan menghasilkan tumbuhan. Bumi awalnya dikelilingi oleh air. Hal ini diyakini dengan riset bahwa bumi dahulu ialah gas, kemudian selang waktu yang lama berubah menjadi cairan kemudian membeku karena suhu. Air yang membeku ini berubah menjadi kulit bumi. Dalam kulit bumi inilah tumbuh lumut (protoplasma).[3] Seperti firman Allah Q.S. Taha [20]: 53, yang mengatakan bahwa “Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan”.
Berbeda dengan pendapat di atas, Prof. Quraish Shihab menuliskan bahwa maksud akhir ayat di atas yaitu segala sesuatu yang bernyawa membutuhkan air atau semua penghidupan di bumi ialah air. Dalam ilmu sitologi, dalam pembentukan sel makhluk hidup, komponen terpentingnya yaitu air. Konteks air pada binatang lebih ditekankan kepada air (sperma) atau shulbi. Perkembangbiakan hewan berkaitan dengan air mani yang menghasilkan keturunan.[4] Para ilmuwan mengatakan bahwa pada mulanya hewan berasal dari laut, kemudian mereka bertransmigrasi ke daratan.[5]
70% dalam berat manusia, dipenuhi oleh air. Jika air dalam tubuh berkurang, manusia akan mudah lemah tak berdaya. Dalam ilmu biologi, salah satu unsur pembentuk darah, cairan limpa, hati, air mata, kencing, cairan susu adalah air. Dengan adanya air, semua organ dalam tubuh manusia dapat berfungsi dengan baik. Penulis agaknya setuju dengan statement mengenai manusia diciptakan dari air, lebih tepatnya air mani. Seperti firman Allah Q.S. Al-Qiyamah [75]: 37. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari setetes air mani, kemudian Allah tiupkan roh dalam tubuhnya, dan menyempurnakan bentuknya.
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَىٰ
“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)”
Dapat kita katakan, bahwa manusia dan makhluk yang ada di bumi tercipta dari zat cair, yaitu air. Tumbuhan dan hewan tercipta dari air, juga manusia yang tercipta dari air mani (sperma) yang ditaruh ke dalam rahim perempuan. Nuthfah akan menjadi daging yang kemudian Allah memberinya ruh sehingga ia dapat hidup. Sebagian tubuh manusia berisi air. Otak menyimpan 70% air, 20% dalam tulang, juga dalam paru-paru manusia terisi 90% air. Dalam ilmu sains, air bermanfaat untuk menjaga suhu tubuh manusia. Oleh karena itu, bukankah kita sebagai manusia yang lemah patut menjaga dan melestarikannya, serta lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Semua penciptaan Allah dapat dirasakan dan dilihat oleh manusia yang memiliki akal yang murni dan rasional. Semua ketetapan dan takdir Allah akan terlihat jelas bagi mereka. Dalam firman Allah Q.S. Ali Imran [3]: 190-191,
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ(190)
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
Ulul Albab selalu merenungkan mengenai kejadian alam. Mereka akan menelusuri sampai ia mendapatkan bukti bahwa sangatlah nyata ke-Esaan dan kekuasaan Allah. Manusia yang Ulul Albab dalam setiap langkahnya akan selalu mengingat keEsaan Allah dan merenungkan segala atas ciptaan-Nya di alam nyata. Ketika ia sedang sakit atau sehat, ketika sibuk atau santai, ia akan selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Sebagai manusia yang tercipta dari air yang hina (mani), tidaklah untuk menyombongkan diri atas diri-Nya. Menjadi manusia yang Ulul Albab memang tidaklah mudah, namun alangkah lebih baiknya mencoba dan belajar merenungkan segala hal di bumi.
Dalam Tafsir Al-Azhar, orang yang melihat dan menggunakan pikirannya untuk meninjau berbagai kekuasaan Tuhan, menurut bakat pikirnya.[6] Orang ahli ilmu alam, akan terpesona dengan struktur alam yang megah dan rapi ini.
Oleh karena itu, sepatutnya bagi orang muslim untuk selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang Ia berikan. Jangan sekali-kali merusak alam untuk kepentingan pribadi ataupun masyarakat. Manusia yang bijak adalah manusia yang dapat memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya, tidak berlebihan, dan seperlunya.
Referensi :
[1] (LIPI), Penciptaan Manusia Dalam Persepektif Al-Quran Dan Sains Tafsir Ilmi, 2016, 02.
[2] Hamka, “Tafsir Al-Azhar”, jil. 6, (Singapura: Pustaka Nasional, tt), 4563
[3] Ibid, 4567
[4] (LIPI), Penciptaan Manusia Dalam Persepektif Al-Quran Dan Sains Tafsir Ilmi, 13.
[5] Wahbah Zuhaili, “Tafsir Al-Munir”
[6] Dr. Hamka, “Tafsir Al-Azhar”, 1033