Jalanhijrah.com-Wanita lansia Yocheved Lifshitz membuat Israel kesal. Pasalnya, ia yang baru saja dibebaskan oleh Hamas membuat keterangan pers yang memuji Hamas karena selama disandera, ia diperlakukan dengan lembut dan sangat baik. “Mereka memastikan bahwa mereka memberikan makanan yang sama seperti yang kita makan, keju putih dan mentimun,” ujar Lifshitz, dilansir dari Middle East Eye, Selasa (24/10) kemarin.
Perang Palestina-Israel sudah berlangsung hampir tiga minggu. Warga sipil yang menjadi korban di Gaza sudah ribuan. Iran dan Amerika kerap muncul di berita dengan perspektifnya masing-masing. Sementara masyarakat secara umum juga terpecah jadi dua kubu: pro-kontra. Namun yang kerap muncul di berita adalah tentang terorisme, bukan zionisme. Mengapa zionisme jarang disorot, padahal itulah akarnya?
Jika ditelaah lanjut, penyebabnya adalah keberpihakan media. Media yang ada di lapangan kebanyakan media Barat, seperti CNN dan lainnya, sementara media-media lokal hanya merekonstruksi dari media yang ada di lapangan. Lihat saja berita Republika di atas yang mengutip Middle East Eye. Jadi dapat dimaklumi bahwa opini masyarakat tentang perang Palestina-Israel itu bias, tidak presisi, dan keruh keberpihakan.
Padahal, biang keroknya adalah zionisme. Pemerintah Israel yang notabene Yahudi zionis, melakukan teror kepada warga Palestina selama 75 tahun—sejak 1948. Maka, dari zionisme kemudian melebar jadi terorisme. Dan Palestina tidak diam, karena di sanalah muncul gerakan-gerakan atas nama Islam. Hamas sendiri baru muncul 1987, berdekatan dengan didirikannya Al-Qaeda. Dari itu, jargon “terorisme” menyeruak mengalahkan “zionisme”.
Wajibnya Kontra-Zionisme
Zionisme, sebagai gerakan nasional Yahudi yang berhasrat mendirikan negara eksklusif kaum Yahudi, telah memakan puluhan ribu nyawa. Banyak orang, terutama di dunia Arab dan Muslim, sadar bahwa melawan zionisme adalah tuntutan moralitas dan humanisme yang urgen. Artinya, zionisme di Israel dan di seluruh dunia wajib dilawan sebagai bagian dari memperjuangkan kemanusiaan, kemerdekaan, dan solidaritas antarumat.
Kontra-zionisme sama dengan kontra-okupasi Palestina. Zionisme itu setali tiga uang dengan pendudukan dan penindasan terhadap rakyat Palestina. Sejak tahun 1948, konflik antara Israel dan Palestina terus berlanjut, menyebabkan penderitaan dan kehilangan jiwa di kedua belah pihak. Melawan zionisme adalah perlawanan terhadap okupasi zionis dan upaya mengembalikan hak-hak rakyat Palestina yang merdeka.
Selain itu, banyak kelompok HAM di seluruh dunia mengutuk pelanggaran selama konflik Israel-Palestina. Kebijakan pembangunan pemukiman ilegal, blokade Gaza, dan pengusiran paksa penduduk Palestina merupakan pelanggaran HAM. Dengan demikian, kontra-zionisme itu sepaket dengan tindakan memperjuangkan HAM, keadilan, dan perdamaian yang presisi di wilayah tersebut.
Apakah hanya itu saja bukti bahwa kontra-zionisme itu wajib? Tidak. Solidaritas internasional dan perlawanan terhadap imperialisme adalah adalah sesuatu yang tak dapat ditawar. Mendukung zionisme adalah bentuk dukungan terhadap imperialisme Barat dan dominasi politiknya di Timur Tengah. Sebaliknya, kontra-zionisme merupakan tindakan mendukung perlawanan terhadap imperialisme dan penindasan itu sendiri.
Perlu digarisbawahi bahwa kontra-zionisme tidak beraarti serangan terhadap agama atau etnis tertentu, melainkan respons terhadap konflik sosial-politik yang melibatkan hak asasi dan keadilan. Maka, mendukung perdamaian untuk Palestina adalah tuntutan moral dan kemanusiaan. Dialog terbuka dan solidaritas antarbangsa merupakan kunci. Melawan kaum zonis sama wajibnya dengan melawan kaum teroris.
Wajibnya Kontra-Terorisme
Lalu mengapa zionisme dan terorisme layak dianggap lingkaran setan dalam beragama? Karena zionisme dilatari keyakinan keagamaan Yahudi, sementara terorisme dicapkan Barat untuk mendiskriminasi Islam. Zionisme melahirkan aktivis-aktivis teror dari kalangan Yahudi, sementara pelaku terorisme selama ini selalu umat Islam, yang diwakili oleh Al-Qaeda, ISIS, dan sejenisnya. Kelompok-kelompok tersebut yang merusak citra Islam.
Para teroris dari segelintir Muslim memiliki keyakinan untuk mendirikan negara Islam, Daulah Islamiyah, menggunakan manajemen chaos. Mereka sebarkan teror di mana-mana, menebarkan ketakutan global, dan menentang Barat sebagai kafir yang harus diperangi. para teroris dari berbagai kelompok dan afiliasinya itu punya keyakinan yang sama, yaitu bahwa di akhir zaman, Islam akan berjaya melalui tegaknya khilafah.
Para zionis, di sisi yang lain, juga punya keyakinan keberagamaan semacam itu. Mereka yakin, di akhir zaman, sang juru penyelamat akan datang. Bukan Mesiah seperti diyakini Kristen atau Nabi Isa yang diyakini umat Islam, melainkan antitesis darinya. Dalam kajian eskatologi, keyakinan zionisme tentang juru selamat diramal menjadikan Yahudi sebagai kekuatan terbesar dunia, tatanan dunia baru di bawah satu panji: dajal.
Mana yang lebih buruk di antara keduanya? Sama. Terorisme menyemarakkan aksi teror, zionisme juga melahirkan teror berkepanjangan. Bedanya, zionisme lebih eksklusif. Namun tidak sesempit Palestina, tujuan mereka adalah menguasai dunia dengan Palestina sebagai titik tolaknya. Maka, ujungnya tetaplah aksi teror. Jadi tidak ada yang lebih ringan. Zionisme dan terorisme, dengan demikian, adalah lingkaran setan keberagamaan yang wajib dilawan.
Wallahu A’lam bi ash-Shawab…