Siti Raham dan Besarnya Nama Buya Hamka

Jalanhijrah.com-Di balik lelaki hebat, terdapat perempuan yang kuat. Begitulah kiranya kalimat yang cocok untuk menggambarkan peran Siti Raham bagi besarnya nama Buya Hamka.

Salah satu pelajaran penting yang bisa diambil dalam Film Buya Hamka Vol 1, selain kehebatan Buya Hamka sebagai tokoh yang nyaris sempurna adalah besarnya peran sang istri. Yakni Siti Raham dalam mendampingi sosok Buya Hamka di tengah kekalutan perjuangannya.

Siti Raham sebagai sosok istri yang sabar senantiasa di samping Buya Hamka apapun kondisinya. Saat Buya Hamka menjadi seorang pemimpin, Siti Raham tetap berjalan beriringan sebagai penenang Buya Hamka. Pun ketika Buya Hamka miskin, Raham tetap bersedia kokoh berdiri bersama Buya Hamka.

Peran Siti Raham sangatlah besar saat berdiri di samping Buya Hamka. Raham adalah sosok perempuan yang turut menjadikan nama Buya Hamka menjadi seorang manusia yang besar. Istri Buya Hamka ini turut menjadi tempat Hamka pulang dan meminta pertimbangan. Satu pesan yang sangat membuat tertarik adalah ketika Raham mengatakan kepada Hamka, “Jadi Hamka sajalah.” Ya, Hamka tetap menjadi dirinya sendiri karena Raham.

Dalam cuplikan film Hamka Vol 1, mungkin hal yang menjadi menarik adalah nama Hamka. Perjuangannya, kecerdasannya, kekuatan tulisannya, semangatnya, dan dakwahnya. Akan tetapi di balik itu, di tengah redupnya lampu rumah, di antara kegelisahan Hamka mengambil keputusan, Raham setia dan selalu menjadi penguat bagi Hamka.

Baca Juga  MUI: Literasi Digital Bentuk Jihad Tangkal Hoaks dan Radikalisme

Jika kita melihat film Hamka, maka kita akan melihat banyak adegan Siti Raham mengantarkan kopi kepada Hamka yang tengah sibuk menulis. Raham sebagai seorang istri tidak pernah menuntut Hamka. Raham adalah sosok yang selalu percaya pada suaminya, Hamka. Hal ini terbukti ketika Hamka difitnah karena menjalin kedekatan dengan petinggi Jepang, waktu anak-anaknya berkelahi karena dibully akan perlakuan ayahnya, Raham memberi kalimat penenang pada anak-anaknya bahwa ayahnya, Hamka tidak akan seperti itu. Hal itu dilakukan Hamka hanya untuk membela bangsanya dan agamanya.

Lantas, nilai-nilai apa yang bisa kita ambil dari sosok perempuan bernama Siti Raham yang telah ikut serta membesarkan nama Buya Hamka dengan peran yang tersembunyi?

Pertama, perempuan adalah pendamping lelaki, artinya dirinya senantiasa di samping. Dari Raham kita belajar, bahwa seorang perempuan memang harus taat pada suami, tetapi juga memiliki kesempatan peran yang sama. Dalam film Hamka Vol 1, banyak sekali disorot betapa besarnya peran seorang perempuan. Meski Raham tidak memilih jalan untuk berdakwah di ranah publik, tetapi peran Raham sebagai manajer rumah tangga dan sebagai pendidik utama bagi anaknya adalah peran yang juga cukup strategis.

Buya Hamka dalam salah satu bukunya yang berbicara tentang perempuan memandang bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban dan tugas yang sama. Baik laki-laki maupun perempuan juga sama-sama mendapatkan hak yang sama. Dalam kedudukan perempuan di rumah tangga, Hamka berpendapat bahwa seorang istri yang baik adalah taat kepada suaminya karena seorang suami adalah sebagai pemimpin yang sudah seharusnya berkewajiban membimbing istri dan keluarganya.

Baca Juga  TNI Dalam Genggaman HTI

Kedua, kehalusan perasaan dan peran politik seorang perempuan. Meskipun tidak terjun secara langsung dalam kancah politik, Raham juga turut serta dalam menentukan pilihan politik Hamka yang begitu besar. Hal ini dikutip dalam buku Pribadi dan Martabat Prof Hamka yang ditulis oleh Rusydi Hamka. Bahwa ucapan-ucapan Raham diakui telah menguatkan hati seorang Hamka sebagai pejuang yang harus menentukan keputusan.

Terakhir, di saat Hamka memutuskan untuk pindah rumah karena sudah “dilengserkan” sebagai Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Timur kala itu, Raham justru tidak sedikitpun marah atau menghakimi Hamka. “Kita hanya perlu mundur satu langkah sebelum kita berlari jauh ke depan,” pesan Raham ini ia layangkan untuk menguatkan Hamka. Hal ini memberi pelajaran bagi kita bahwa peran perempuan adalah menguatkan. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana sosok multitalenta seperti seorang Buya Hamka tanpa Raham sebagai tempat pulangnya.

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *