Jalanhijrah.com-Muara dari sebuah pendidikan adalah menumbuhkan kecerdasan bagi tiap-tiap peserta didik, membantu mencari dan merawat potensi yang ada pada individu, memperbaiki moral, karakter, serta memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, hal yang mendasar bagi pendidikan adalah mempersiapkan segala kebutuhan peserta didik untuk mencapai cita-citanya sebagai manusia yang sebenar-benarnya. Hal ini tentu akan sangat berdampak pada lingkungan sekitar serta kemajuan dari sebuah negara. Atau secara lebih luas akan berpengaruh pada kemajuan sebuah peradaban. Maka, urgensi sebuah pendidikan bagi umat manusia adalah sebuah keniscahyaan yang tak bisa diganggu gugat lagi.
Dalam memandang pendidikan, ada satu tokoh perempuan yang jarang terulas meski pandangannya cukup menarik. Ia adalah Rahmah el Yunusiyyah. Memang tidak sepopuler Kartini, namun karyanya sangat layak untuk dikaji secara mendalam.
Berbeda dengan Kartini yang “hanya” bisa menyampaikan idenya melalui surat-surat pribadi kepada para sahabatnya di negeri Belanda. Rahmah lebih beruntung karena bisa menerapkan ide-idenya secara lebih nyata. Pada tahun 1923, tepatnya 1 November Ia mendirikan Diniyah Puteri sebagai sekolah formal perempuan pertama di Minangkabau.
Konsep dari Diniyah Puteri cukup layak diapresiasi, sebab sangat jauh dari kata dikotomi keilmuan. Tidak hanya itu, Diniyah Puteri juga menyiapkan anak didiknya untuk peduli dan berbaur dengan masyarakat.
Keterikatan ini bisa dilihat ketika Diniyah Puteri pernah menjadi rumah sakit darurat ketika sedang ada bencana. Atau ketika lembaga ini turut serta untuk mengatasi krisis kain dan pakaian yang dialami ketika masa penjajahan Jepang. Hal tersebut dapat dilakukan karena lembaga ini memang sudah mempersiapkan keterampilan anak didiknya, seperti: memasak, menjahit, P3K, kebidanan, serta keterampilan lainnya yang sangat bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan Rahmah dalam mengelola lembaga pendidikan putri tersebut, kala itu sampai menarik perhatian dari Rektor Universitas al-Azhar Mesir, Dr. Syaikh Abdurrahman Taj. Ia berkeinginan untuk melakukan kunjungan khusus ke Madin tersebut. Di mana ia mengambil sistem yang ada di Madin ini untuk diterapkan pada mahasiswanya kelak.
Selepas dari kunjungan tersebut, lahirlah Kulliyat al-Banat (lembaga pendidikan khusus perempuan) sebagai bagian dari Universitas al-Azhar. Dan sebagai ucapan terimakasih atas sumbangsih pemikirannya, Rahmah kemudian diberikan gelar Syaikhah oleh Universitas al- Azhar
Gelar tersebut menjadi simbol kepakaran beliau dalam bidang ilmu agama yang membuat Rahmah sangat layak disebut sebagai ulama yang paripurna.
Rahmah El Yunusiyah memang merepresentasikan pribadi muslimah seutuhnya. Ia memiliki ilmu dan wawasan seputar dunia Islam secara menyeluruh, serta mampu menerapkannya dalam lelaku di kehidupan sehari-hari. Agak susah menemui tokoh serupa yang benar-benar menerapkan prinsip jihad sampai pada tindakan dan pemikiran.
Konsep Pendidikan Islam Rahmah
Pendidikan menurut Rahmah adalah solusi bagi permasalahan sosial yang dihadapi. Oleh sebab itu, untuk memecahkan masalah sosial, prinsip yang digunakan adalah prinsip-prinsip keislaman yang membebaskan dan adil bagi siapa saja.
Dalam merumuskan konsep pendidikan, Rahmah tak mau terkekang dalam tradisi-tradisi lama yang mengakar dalam sosial yang merugikan pihak perempuan. Rahmah selalu melakukan pembaharuan dalam bidang pemikiran pendidikan, semata untuk kemajuan dan peningkatan derajat.
Untuk mewujudkan pendidikan secara ideal, Rahmah meyakini bahwa pijakan pertama yang dilakukan adalah memastikan kualitas guru. Seorang guru harus mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu lain yang berguna di masa depan.
Menurut Rahmah, Pendidikan Islam adalah upaya mengajar laki-laki dan perempuan untuk mempelajari materi agama Islam sepanjang hayatnya dengan guru yang profesional, dan sesuai dengan perkembangan zaman dalam upaya perbaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Kalimat paling menonjol dalam pemikiran Rahmah di bidang Pendidikan Islam ini adalah solusi sosial. Seakan Rahmah ingin mengatakan untuk apa mempelajari ilmu agama jika tidak bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Kemudian jika membincang metode pengajaran, salah satu ciri khas yang digagas oleh Rahmah adalah pemisahan kelas. Bagi Rahmah, ada beragam hal dan materi yang khusus untuk perempuan, dan jika diajarkan ketika kondisi di kelas ada lelaki, maka dikhawatirkan tidak akan bebas dijelaskan. Selain itu, jika seorang peserta didik (perempuan) memiliki pertanyaan atau keresahan yang perlu disampaikan, maka akan tertahan karena merasa malu jika ada lelaki di sebuah kelas.
Perlu diakui bahwa hal tersebut membuat guru merasa canggung untuk menyampaikan pelajaran kewanitaan menurut agama Islam. Kondisi ini menyebabkan perempuan tidak memiliki wawasan keilmuan dengan baik seputar dirinya sendiri, serta apa-apa yang menjadi batas, larangan, dan kewajiban yang seharusnya dimiliki oleh kaum perempuan menurut agama Islam. Karena itu penting dilakukan pemisahan kelas dalam sebuah pendidikan.
Selanjutnya, kurikulum sistem kurikulum dalam Diniyah Puteri menggambarkan sebuah sistem yang melibatkan berbagai pihak untuk diwujudkan melalui kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Hal yang sangat jarang ditemui di era sekarang, di mana sekolah malah seperti dunia lain bagi peserta didik, yang mengakibatkan keterasingan berlebihan ketika mereka lulus dan hidup dengan masyarakat. Seakan tidak ada hubungannya antara apa yang dipelajari dengan kehidupan masa di masyarakat.
Jika siswa memahami hubungan antara hal yang mereka pelajari dengan kenyataan sekarang ini merupakan masalah yang signifikan bagi mereka, maka inspirasi mereka akan berkembang, demikian pula pembelajaran mereka. Dan jika itu terjadi, pendidikan akan benar-benar menjadi sebuah solusi bagi kehidupan sosial. Semoga saja.