Nyai Cendana: Ibunya Ulama Perempuan Madura

Jalanhijrah.com-Siapa yang kenal dengan Madura, identik dengan pulau garam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengagumnya, mulai dari tradisi, adat dan terakhir cerita sejarah sejarah pada zaman kuno juga mewarnai pulau yang mempunyai 4 kabupaten ini.

Berbicara tentang perempuan, tidak ada habis-habisnya meskipun kadang perempuan selalu terdiskriminasi dalam berbagai bidang. Namun, juga tidak dapat dinafikan peran serta fungsinya dalam mengukir sejarah peradaban khususnya di Madura itu sendiri, banyak sekali perempuan yang berjasa dalam sejarah peradaban seperti nyai Aqidah Usyumuni dari Sumenep, nyai Khairiyyah dari Pamekasan, dan tak terkecuali Nyai cendana dari Kwanyar bangkalan.

Islam sendiri memberikan perempuan untuk menjadi ulama perempuan, sebab Islam memberi kesempatan belajar yang sama baik laki-laki atau perempuan. Meskipun peran perempuan memang ada batasan tertentu yang diatur oleh norma agama dan adat istiadat masyarakat, sebagai contoh kiprahnya dalam dunia publik.

Memang tokoh-tokoh sejarah berasal dari kaum Adam. Namun, juga dapat dipungkiri para tokoh ulama besar seperti Imam Syafi’I dan Syaikh Abdul Qadir jailani beliau besar dari kasih sayang seorang ibu yang tulus.

Mengenal Nyai Cendana atau Ratu Cendana

Nama lain dari nyai Cendana adalah nyai Salase, beliau merupakan istri pertama dari sunan Cendana alias Sayyid Zainal Abidin Kwanyar, Bangkalan. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa sang sunan adalah keturunan sunan Ampel, dan keturunan 25 dari nabi Muhammad. Laqab cendana sendiri adalah julukan masyarakat karena ia bertapa di pohon cendana sehingga mudah dikenali.

Baca Juga  Jalan Damai Wali Nusantara

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa sunan dan nyai Cendana masih ada keterkaitan famili yakni nyai Cendana adalah keponakan sepupu dari sunan Cendana. Dari pernikahan inilah lahir waliyullah bernama kiai putra Menggolo.

Tidak hanya itu, putra dan putri dari putra kiai menggolo ini  yang melahirkan ulama-ulama besar di Madura seperti keluarga besar besar pesantren tersebar di Madura seperti Banyuanyar dan Bata-Bata.

Berikut ini putra dan puti nyai Cendana/salase dan sunan Cendana

  1. Ya’qub/ Putra Menggala/panembahan Sampang dimakamkan di Petapan/ Labang Bangkalan
  2. Nyai Nur Omben, dimakamkan di Petapan. Istri Kyai Abdullah Nepa Omben
  3. Nyai Kumala, istri Abdullah Kyai Tanjung Bin Khotib Pasepen Tanjung bin Khotib Sampang Sampang dimakamkan di Petapan Sampang
  4. Nyai Aminah istri dari Sayyid Abdullah bin Khotib
  5. Nyai Solihah, Bhuju’ kembang kuning Pamekasan
  6. Nyai Tengghi, Tatanggoh Pamekasan
  7. Irsyad, Gersik

Dari putra-putri Nyai Cendana keturunan kiai Putra Menggolo ini yang banyak melahirkan tokoh-tohoh ulama besar di Madura sampai tapal kuda. Putra Menggolo ini mempunyai keturunan yang bernama Pangeran Saba pele, kremudian dari pangiran saba pele ini lahirlah Macan Alas Waru, yaitu leluhur keraton di Madura bagian Timur dan  dan ulama besar Pamekasan.

Dikutip dari pojoksumaramadu salah satu cucu Raden Macan Alas adalah Raden Entol Janingrat yang mempunyai putri bernama Nyai Agung Waru, leluhur kiai kiai di Pamekasan. Keturunan nyai Agung ini ialah keluarga besar pesantren Banyuanyar dan Bata-Bata. Seperti  istri kiai Abdul Hamid bin Itsbat Bata-Bata.

Baca Juga  Pelindungan Anak di Ruang Digital

Dari Nyai Cendana terlihat bahwa anak-cucunya menjadi orang besar dan menjadi tokoh panutan masyarakat. Perlu diktehui Nyai Cendana ini tokoh perempuan besar namun tersembunyi, hingga saat ini pusaranya banyak diziarahi masyarakat.

Terlepas dari itu,  hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa dari seorang ibulah anak-anak tumbuh menjadi hebat dan besar, karena di balik itu ada doa ibu yang selalu melangit, jika doa ibu sudah melangit maka, alam tidak bisa menghalanginya untuk sampai ke Tuhan Yang Esa.

Penulis: Nafilah Sulfa Mahasantri Ziyadatut Taqwa, Mahasiswi semester akhir Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

By Redaksi Jalan Hijrah

Jalanhijrah.com adalah platform media edukasi dan informasi keislaman dan keindonesiaan yang berasaskan pada nilai-nilai moderasi dan kontranarasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *